Museum Sumpah Pemuda kini menyimpan sebuah artefak bersejarah yang sangat penting bagi Indonesia: sebuah gramofon peninggalan Yo Kim Tjan. Gramofon ini bukan sekadar alat pemutar musik, melainkan saksi bisu sejarah perekaman pertama lagu kebangsaan “Indonesia Raya”. Hibah berharga ini diterima langsung oleh Menteri Kebudayaan saat itu, Fadli Zon, menandai suatu peristiwa penting dalam pelestarian warisan budaya nasional.
Proses serah terima gramofon berlangsung khidmat di Museum Sumpah Pemuda, Jakarta. Kehadiran artefak ini melengkapi koleksi museum yang telah menyimpan replika piringan hitam “Indonesia Raya” sejak tahun sebelumnya.
Gramofon Bersejarah: Saksi Bisu Perekaman “Indonesia Raya”
Gramofon milik Yo Kim Tjan merupakan alat yang digunakan untuk memutar master rekaman pertama lagu “Indonesia Raya” pada awal tahun 1930-an. Rekaman bersejarah ini dibuat oleh WR Supratman bersama Populair Orchest dengan iringan musik keroncong.
Proses perekaman dilakukan di studio Electric Recording milik Yo Kim Tjan di Batavia (Jakarta) pada tahun 1927. Master rekaman tersebut kemudian dikirim ke Inggris untuk proses perbanyakan dan selanjutnya diedarkan di Hindia Belanda.
Peran Yo Kim Tjan dalam Sejarah Musik Indonesia
Yo Kim Tjan, seorang saudagar dan tokoh budaya Tionghoa, memiliki peran penting dalam sejarah musik Indonesia, khususnya terkait dengan lagu kebangsaan. Ia bukan hanya menyediakan studio rekaman, tetapi juga menunjukkan dukungannya terhadap perjuangan kemerdekaan melalui jalur kebudayaan.
Sutjitra Djaja Pranawa, cucu Yo Kim Tjan, menjelaskan hubungan erat kakeknya dengan WR Supratman. Yo Kim Tjan bahkan tergabung dalam orkestra musik yang ia dirikan sendiri.
Menurut Sutjitra, kakeknya merekam “Indonesia Raya” secara rahasia pada pukul dua pagi. Studio dilapisi karung goni untuk meredam suara, menghindari pengawasan pemerintah kolonial Belanda yang melarang lagu tersebut.
Selain berkiprah di dunia musik, Yo Kim Tjan juga dikenal sebagai tokoh berpengaruh di industri perfilman Indonesia. Ia memiliki studio dan bioskop di kawasan Roxy, Jakarta.
Arti Penting Hibah Gramofon bagi Museum Sumpah Pemuda
Penyerahan gramofon ini disaksikan oleh keluarga besar Yo Kim Tjan dan pejabat Kementerian Kebudayaan. Wakil Menteri Kebudayaan saat itu, Giring Ganesha, turut hadir dalam acara tersebut.
Menteri Fadli Zon menyampaikan apresiasi atas hibah bersejarah ini. Beliau menekankan bahwa gramofon tersebut bukan hanya koleksi keluarga, tetapi juga bagian penting dari narasi sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Fadli Zon berharap gramofon ini dapat memperkaya koleksi Museum Sumpah Pemuda. Kehadirannya diharapkan dapat menjadi pengingat bagi generasi muda tentang perjuangan para pahlawan dan pentingnya persatuan Indonesia.
Dengan adanya gramofon ini, Museum Sumpah Pemuda semakin lengkap dalam mendokumentasikan sejarah awal lagu kebangsaan “Indonesia Raya”. Artefak ini menjadi bukti nyata perjuangan para pelopor kemerdekaan Indonesia di masa penjajahan.
Keberadaan gramofon ini juga diharapkan mampu menginspirasi generasi muda untuk menghargai sejarah bangsa dan turut menjaga persatuan serta kesatuan Indonesia. Warisan budaya seperti ini perlu dilindungi dan dijaga kelestariannya untuk generasi mendatang.