Berita  

Iran Tutup Selat Hormuz: Krisis Ekonomi Global Mengancam?

Pasca serangan Amerika Serikat (AS) terhadap fasilitas nuklir Iran, parlemen Iran memberikan respons tegas. Mereka menyetujui usulan penutupan Selat Hormuz bagi seluruh aktivitas pelayaran. Pengumuman mengejutkan ini disampaikan Mayor Jenderal Esmaeli Kowsari, anggota Komisi Keamanan Nasional Parlemen Iran, melalui siaran televisi Iran Press TV.

Keputusan ini, meskipun telah disetujui parlemen, masih menunggu persetujuan akhir dari Dewan Keamanan Tertinggi Nasional Iran. Dewan inilah yang memiliki otoritas tertinggi dalam pengambilan keputusan terkait keamanan nasional Iran.

Respon Teheran atas Serangan AS: Ancaman Penutupan Selat Hormuz

Langkah parlemen Iran ini merupakan reaksi atas serangan militer AS yang menargetkan tiga fasilitas nuklir di Fordow, Natanz, dan Isfahan. Serangan ini terjadi di tengah eskalasi konflik antara Iran dan Israel, yang didukung AS.

Serangan AS sendiri diklaim telah diluncurkan pada Minggu pagi waktu setempat oleh Presiden Donald Trump. Pihak AS hingga kini belum memberikan pernyataan resmi mengenai dampak kerusakan pada fasilitas nuklir Iran.

Konflik yang terjadi diawali serangan militer Israel terhadap Iran pada Jumat, 13 Juni 2025. Serangan balasan dari Teheran kemudian memicu eskalasi yang berujung pada serangan AS.

Korban jiwa dari kedua belah pihak cukup besar. Israel melaporkan 25 orang tewas dan ratusan luka-luka akibat serangan rudal Iran. Sementara, Kementerian Kesehatan Iran mencatat 430 warga negara mereka tewas dan lebih dari 3.500 lainnya terluka.

Dampak Geopolitik Penutupan Selat Hormuz

Selat Hormuz merupakan jalur pelayaran vital bagi lalu lintas minyak dunia. Hampir seperempat pengiriman minyak global melewati selat sempit yang terletak di antara Iran, Oman, dan Uni Emirat Arab ini.

Penutupan Selat Hormuz akan berdampak signifikan terhadap perekonomian global. Harga minyak dunia diprediksi akan melonjak drastis, yang dapat memicu krisis ekonomi di berbagai negara.

Selain itu, penutupan Selat Hormuz juga berpotensi meningkatkan ketegangan geopolitik di kawasan Teluk Persia. Hal ini dikarenakan berpotensi terjadinya konflik langsung dengan Armada Kelima Angkatan Laut AS yang bermarkas di wilayah tersebut.

Para ahli memperkirakan kenaikan harga minyak antara 3 hingga 5 dolar AS per barel jika penutupan Selat Hormuz benar-benar terjadi. Kenaikan tersebut bahkan berpotensi jauh lebih besar jika Iran melakukan pembalasan lebih besar yang mengganggu pasokan minyak global.

Alternatif Pembalasan dan Ancaman Eskalasi Konflik

Jika ancaman penutupan Selat Hormuz tidak terlaksana, Iran diprediksi masih akan mencari cara lain untuk membalas serangan AS. Pakar keamanan memperingatkan potensi serangan tidak konvensional, seperti serangan siber atau pengeboman.

Situasi ini sangat mengkhawatirkan mengingat potensi eskalasi konflik yang dapat meluas dan mengancam stabilitas kawasan. Oleh karena itu, upaya diplomasi dan negosiasi menjadi sangat penting untuk meredakan ketegangan dan mencegah konflik berskala lebih besar.

Perlu adanya upaya internasional untuk mendorong dialog dan mencari solusi damai. Penanganan yang bijak dan terukur dibutuhkan untuk mencegah dampak negatif lebih lanjut yang akan dirasakan oleh seluruh dunia.

Ketegangan antara AS dan Iran ini menyoroti pentingnya diplomasi dan komunikasi yang efektif dalam mencegah konflik lebih lanjut. Kegagalan dalam mengatasi ketegangan saat ini berpotensi menghasilkan konsekuensi yang sangat besar dan berdampak secara global.

Ikuti Kami di Google News

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *