Amerika Serikat melancarkan serangan presisi terhadap tiga situs nuklir utama Iran: Fordow, Isfahan, dan Natanz. Ini merupakan konfrontasi militer terbesar antara AS dan Iran sejak Revolusi 1979.
Serangan tersebut, didukung teknologi siluman canggih, menghantam infrastruktur nuklir Iran yang selama ini dijaga ketat.
Citra satelit menunjukkan kerusakan signifikan di ketiga fasilitas tersebut. Insiden ini meningkatkan ketegangan regional dan memicu kekhawatiran akan perang skala besar.
Serangan Nuklir AS: Eskalasi Konflik Iran-Israel
Konflik Iran-Israel telah berlangsung lama, dipicu perbedaan ideologi dan kekhawatiran Israel atas program nuklir Iran.
AS, sekutu strategis Israel, memantau ketat program nuklir Iran yang diduga memiliki tujuan militer terselubung.
Serangan AS dianggap sebagai upaya pencegahan terhadap pengayaan uranium tingkat tinggi di luar batas kesepakatan JCPOA yang telah kolaps.
Iran sendiri bersikeras bahwa program nuklirnya hanya untuk tujuan damai, khususnya energi sipil.
Respon Iran dan Dampak Global
Teheran belum melancarkan serangan balasan langsung, namun retorika keras dilontarkan oleh para pemimpinnya.
Ayatollah Ali Khamenei menyebut serangan AS sebagai “garis merah besar”. Ancaman penutupan Selat Hormuz juga kembali mencuat.
Penutupan Selat Hormuz akan berdampak signifikan terhadap pasar energi global, berpotensi menyebabkan lonjakan harga minyak.
Reaksi internasional beragam. Eropa menyerukan de-eskalasi, sementara Rusia dan China mengutuk tindakan AS.
Negara-negara Teluk berada dalam posisi sulit, di antara kekhawatiran terhadap Iran dan potensi dampak konflik terbuka.
Analisis Strategis Ketiga Situs Nuklir Iran
Fordow, fasilitas pengayaan uranium bawah tanah, nyaris tak tertembus serangan konvensional.
Isfahan merupakan pusat konversi uranium dan rumah bagi reaktor penelitian yang sensitif.
Natanz, fasilitas pengayaan uranium utama, pernah menjadi sasaran serangan siber Stuxnet di masa lalu.
Dengan menyerang ketiga situs ini, AS secara jelas menunjukkan kekuatan militernya dan mengirimkan pesan tegas.
Lonjakan harga minyak mentah mencapai lebih dari 20% dalam 24 jam pasca serangan. Bank Dunia dan IMF memperingatkan dampak ekonomi global yang serius jika konflik bereskalasi.
Ketegangan yang tinggi antara Iran, Israel, dan AS telah membawa dunia ke ambang krisis baru. Diplomasi atau perang, pilihan kini ada di tangan para pemimpin dunia.
Situasi sangat dinamis dan penuh ketidakpastian. Keputusan strategis dalam beberapa hari mendatang akan menentukan nasib Timur Tengah dan dunia.